Tuesday, April 21, 2009

Bila April

April merupakan bulan yang istimewa bagiku. Penuh makna dan rasa. Selain daripada menjadi bulan kelahiranku, banyak peristiwa indah , bersejarah dan sarat emosi berlaku. Dan biasanya, ia bulan yang paling sarat dengan aktiviti dalam alam karierku. Sepanjang hidupku di bawah mentari, setiap tahun yang telah pergi, April sangat bererti!

Satu masa dulu, tidak berapa lama dulu, aku hampir tewas dilambung petaka duga dan takdir Dia yang Maha Menguji. Kewarasanku tergegar. Benteng tabahku retak dan relai satu demi satu. Peristiwa pelbagai warna kelam silih berganti. Ini akan diterangkan kemudian dalam “Hibernasi”, cuma kini apa yang aku ingin katakan adalah pada saat aku hampir hilang semangat dalam kelangsungan hidup, April datang dan memberi nafas untuk kembali senyum. Untuk kembali menapak….

Dan April ini juga turut memberi makna. Ia memyedarkan ‘sesuatu’ untukku. Sesuatu yang telah sekian lama kusangkarkan dalam diam, kuabaikan demi kelangsungan materi dan kembara mencari makna. Dan sebenarnya, secara peribadi, ia merupakan ‘sesuatu’ yang hampir-hampir kuputuskan nadi hayatnya setelah aku redha dengan hakikat diri.

Ku jumpa sebutir bintang di laut langit
Ku jumpa titisan hujan di gurun yang paling gersang
Ku jumpa sebuah senyuman di antara kesedihan kematian
Ku jumpa istana di antara pondok-pondok usang
Ku jumpa sejalur cahaya pada mata buta yang menakutkan
Ku jumpa sekuntum mawar di antara duri yang menghiris
Ku jumpa sehulur tangan ketika terjatuh dari langit tinggi
Dan ku jumpa
dia... di antara pahit dunia yang menyakitkan.

There is always a certain moments when my mind churns and I wonder, ‘What will happen if…’ Sometimes, there’s so many ‘if’ inside my head – makes me crazy with uncertainty. And someone wise once told me, ‘it’s not foolish to love but it’s just pointless giving all your love to the wrong person. I’d made this mistake once and from that moment on, I prayed so hard not to repeat it. But life is so strange and full of surprises.

Ya, ’sesuatu’ itu adalah rasa kurniaan paling berharga dari Ilahi; Cinta dan kasih sayang. Kekuatan untuk mencintai adalah hadiah dari Tuhan yang paling besar kepada manusia, selama cinta tidak pernah peduli akan diambil dari satu kebahagiaan yang dicintaiNya. Aku bersyukur masih diberi peluang untuk turut mengenali ‘sesuatu’ daripadaNya ini. Sejujurnya, aku tidak mengenali dia sedalam mana, cuma kagum dengan peribadi dan kendirinya yang tersendiri: tenang tapi menyakinkan. Dan tiada apa yang bermula di antara kami, sekadar sebuah perhubungan bernama persahabatan.

Memang dalam hidup ini tiada jaminan yang kekal, namun dalam kesementaraan ini, biarlah kita menghargai apa yang kita ada sebaik mungkin. Aku tidak mengharapkan apa-apa daripada ini, cuma biarlah kita saling dapat merasa bahagia dan tenang sepanjang perhubungan ini. Biarlah segala kelukaan dan pengalaman hidup lebih mendewasakan kita untuk terus bergelar manusia. Aku cuma mengharapkan agar kau redha kepadaku sebagaimana aku redha kepadamu, damai denganku sebagaimana aku damai bersamamu, bahagia bersamaku sebagaimana aku bahagia mengenalimu.

We cannot tell what may happen to us in the strange medley of life, but we can decide what happens in us. How we take it, what we do with it. And that is what really counts in the end. How we take the raw stuff of life and make it a thing of worth and beauty. That is the test of living.

But once again, I found dia, who, I think, he deserve my affection and maybe, love, and to me, this has always been enough.

No comments:

Post a Comment